
Indonesia tanah airku.....Tanah tumpah darahku...
Disanalah aku berdiri......Jadi pandu ibuku....
Indonesia Kebangsaanku....Bangsa dan tanah airku....
Marilah kita berseru.....Indonesia bersatu....
Beberapa bait syair lagu kebangsaan Negara kita Indonesia raya untuk membangkitkan rasa Nasionalisme kita terhadap bangsa yang kita cintai ini.....
Kukibarkan Sang Saka Merah Putih itu di daratan terdalam pulau Jawa, sebagai warga Negara Bangsa Indonesia sudah merupakan kewajiban yang mutlak untuk bisa menunjukan rasa Nasionalisme nya terhadap bangsa ini.
salah satu bentuk rasa Nasionalisme kita terhadap bangsa Indonesia ini adalah merayakan Dirgahayu HUT Republik Indonesia yang ke 64 Tahun. banyak cara di berbagai tempat untuk merayakan Dirgahayu Republik Indonesia salah satunya adalah Upacara Peringatan HUT RI yang ke-64 Tahun. Berangkat dari rasa Nasionalisme sekelompok pemuda dari ‘Mahasiswa Pencinta Alam’ Aranyacala Trisakti mereka semua ingin merayakan Dirgahayu HUT RI yang Ke-64 Tahun dengan cara dan nuansa yang berbeda, setelah melalui berbagai diskusi dengan beberapa saudara-saudara dari ‘Mahasiswa Pencinta Alam’ Aranyacala Trisakti akhirnya tercetuslah sebuah Ide untuk mengadakan Upacara Peringatan Dirgahayu HUT RI Ke-64 Tahun di daratan terdalam Pulau Jawa, yaitu LUWENG OMBO.
LUWENG OMBO merupakan sebuah mulut gua berdiameter kurang lebih 60 meter dan memiliki kedalaman vertikal sedalam 120 meter, lokasi Luweng Ombo ini terletak di Dusun Petung, Desa Kalak, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. kurang lebih 3 jam perjalanan dari Kota Pacitan, dengan menggunakan Bus. 2 hari sebelumnya yaitu tepatnya pada tanggal 15-16 Agustus 2009 kami telah berada di dasar Mulut Gua untuk melakukan penelitian dan pengambilan sample di lorong-lorong Luweng Ombo karena di dasar luweng tersebut memiliki 2 lorong yaitu lorong Barat dan Lorong Timur. Pada tanggal 15 Agustus 2009 pada pagi hari tepatnya pukul 08.00 WIB setelah sarapan pagi, kami (Team Caving Aranyacala Trisakti) berangkat menuju mulut Gua yang letaknya kurang lebih 750 meter dari lokasi Base Camp utama (Rumah Pak Parni Kasun Petung). setelah sampai mulut gua kami semua membuat Base Camp Atas setelah 1 hari sebelumnya team melakukan orientasi medan untuk tempat Base Camp atas dan Orientasi spot-spot untuk Rigging (jalur yang dipasang tali untuk menuruni mulut Gua), tepat pada pukul 10.00 WIB Base Camp selesai dikerjakan dan dilanjutkan dengan membuat jalur Rigging dengan Anchor-anchor (tempat menambatkan Tali) yang di gunakan adalah Batuan dan pohon-pohon yang ada di sekitar mulut gua. jalur Rigging di buat 3 jalur, 2 jalur untuk melakukan descending (Teknik menuruni Tali) dan 1 jalur digunakan untuk jalur transport dan rescue, pada saat membuat jalur rigging benar-benar sangat diperhatikan dan perlu perhitungan yang tepat dikarenakan kedalaman gua yang mencapai 120 meter dan bisa disebut juga depht dive serta memiliki grade yang tinggi, karena ketika kita berada menggantung di seutas tali Caremantel berdiameter 10,5 mm psikologi kita sangat diuji sekali dan tidak boleh sedikitpun melakukan kesalahan pada saat menuruni gua tersebut dengan menggunakan tali caremantel, melakukan kesalahan sedikitpun bisa berakibat fatal kepada orang tersebut. harus benar-benar tenang dan tidak boleh panik selama menggantung di Tali caremantel hingga sampai dasar mulut gua.
Setelah semua team menggunakan Coverall (pakaian yang digunakan saat penelusuran), Helm dan menggunakan alat Single Rope Tekhniq/SRT (alat pengaman tubuh yang digunakan untuk menuruni dan menaiki tali) dan riging telah selesai mulailah satu persatu team menuruni mulut gua tersebut, orang pertama jalur 1 adalah Ludfi Firmanto dan orang pertama jalur kedua adalah Firdaus, terlihat sekali muka-muka mereka sangat pucat sekali ketika berada di bibir mulut gua dan siap melakukan Descending dengan perlahan mereka semua menuruni mulut Luweng Ombo dengan menggunakan alat SRT yang menempel pada tali Caremantel. Dengan sangat berhati-hati sekali dan penuh kepercayaan diri mereka sampai di dasar mulut gua dan segera memberi informasi dengan menggunakan HT “Rope Free...” (jalur sudah bebas/kosong). Orang kedua segera menyusul menuruni mulut Luweng Ombo, orang kedua jalur 1 adalah Hamka dan orang kedua jalur kedua adalah Faizal, kedua nya segera memasang Simple/Bobbin (alat turun) dan perlahan-lahan menuruni mulut gua Luweng Ombo dengan jantung yang berdetak keras sekali karena bergantung di seutas tali dengan diameter 10,5 mm. di dalam lubang yang maha besar itu ketika beberapa waktu merenung sesaat di seutas tali, betapa kecilnya kita di banding ciptaan Tuhan YME ini, nyawa tergantung di seutas tali 10,5 mm, jika Tuhan berkehendak mengambil nyawaku dengan sangat mudah sekali, setelah semua team sampai di dasar mulut gua segeralah mereka mendirikan base camp bawah. setelah base camp bawah telah selesai barulah team segera melakukan eksplorasi ke lorong barat Luweng Ombo, tepat pukul 17.00 WIB team kembali ke base camp bawah dan mempersiapkan makanan untuk malam hari dan segera berkomunikasi dengan base camp atas. sungguh pengalaman yang tidak semua orang dapat merasakan adrenalin yang seperti ini, setelah semua selesai makan malam dan bersiap-siap untuk beristirahat di dasar mulut gua.
16 Agustus 2009, satu hari menjelang perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-64 Tahun. tepat pukul 09.00 WIB 2 orang anggota team menyusul turun ke dasar Luweng Ombo yaitu Norman dan Rofinus, setelah semua berkumpul segera kami langsung mengeksplorasi lorong Timur Luweng Ombo, di lorong tersebut kami mapping dan mengambil sedikit sample untuk penelitian serta mengabadikan momen-momen eksplorasi dengan kamera foto. lorong demi lorong kami telusuri, celah demi celah kami masuki, sump (danau kecil di dalam gua) demi sump kami sebrangi, dengan semangat dan rasa keingintahuan yang tinggi kami amati semuanya. Tepat pada pukul 16.00 WIB kami kembali menuju base camp bawah dan pada pukul 19.00 WIB semua team sampai di base camp bawah. Dengan badan berpeluh dengan keringat dan bercampur lumpur yang melekat di coverall dan sekujur badan, kami semua berbenah dan bersih-bersih seadanya, dan segera berkomunikasi dengan base camp atas dan sebagian lagi membuat makan malam, sesampainya di Base Camp bawah ternyata ada teman-teman dari Mahipa Universitas Muhammadiyah ponorogo dan beberapa teman-teman dari Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta serta teman-teman dari Surabaya yang berjumlah 12 orang tiba di dasar Luweng Ombo, setelah kami berkomunikasi dengan mereka ternyata mereka semua berencana memperingati hari Kemerdekaan RI yang ke-64 Tahun keesokan harinya, setelah berkomunikasi dengan pimpinan mereka kami Team Caving Aranyacala Trisakti bergabung dengan Team dari Ponorogo dan yang lainnya akan melangsungkan Upacara tersebut dengan bersama-sama. setelah makan malam kami semua evaluasi kegiatan dan segera merencanakan kegiatan keesokan harinya yaitu Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-64 Tahun dan pengambilan gambar dari lorong barat Luweng Ombo.
Keesokan harinya 17 Agustus 2009 pukul 06.00 WIB 4 jam menuju Upacara Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64 Tahun, setelah sarapan pagi kami memulai aktifitas kembali menuju lorong Barat Luweng Ombo untuk mencuci peralatan SRT dan coverall serta pengambilan gambar dari lorong Barat dengan background mulut Luweng Ombo yang disinari cahaya matahari, moment seperti ini tidak boleh dilewatkan karena jika terlewat dengan terpaksa harus menunggu keesokan paginya, karena menurut rencana tanggal 17 Agustus 2009 adalah hari terakhir di dasar Luweng Ombo. setelah selesai pengambilan gambar dan selesai melakukan penelitian dan eksplorasi kami bersiap- siap melangsungkan Upacara Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-64 tahun, tepat pukul 10.00 WIB upacara dimulai setelah sebelumnya melakukan gladi resik terlebih dahulu, upacara tersebut sangat khidmat sekali dan menambah rasa nasionalisme kami terhadap bangsa ini, kurang lebih 1 jam upacara ini berlangsung dan setelah selesai upacara Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-64 Tahun selesai kami istirahat dan makan bersama semua peserta team. tepat pada pukul 13.00 WIB kami semua team kembali ke atas mulut gua Luweng Ombo, dikarenakan team dari Ponorogo hanya memiliki 1 jalur maka kami bersedia mempersilahkan agar menggunakan jalur kami juga setelah semua ascending dan transport barang telah selesai dinaikan ke atas tepat pukul 19.30 WIB kami selesai dan segera melakukan cleaning jalur sampai pukul 21.00 WIB dan melakukan cheklist barang hingga pukul 22.00 WIB dilanjutkan dengan makan malam. tepat pukul 23.00 WIB kami kembali menuju base camp utama yaitu rumah Kasun Petung(Pak Parni) dan segera kami beres-beres peralatan dan bersih-bersih diri.
Luweng yang maha besar ini dan terdalam di Pulau Jawa ini merupakan Luweng yang merupakan bahan perbincangan para Caver-Caver Internasional, karena merupakan Lorong yang memiliki grade yang tinggi, kononnya juga menurut cerita masyarakat setempat, Luweng Ombo tersebut sebagai tempat pembuangan mayat-mayat para Korban pembersihan PKI pada tahun 1965. Luweng yang berdekatan dengan jalan desa ini terletak di kawasan karst Pegunungan Sewu, kurang lebih 4 jam dari terminal Solo dan 30 menit dari Desa Belah (Donorojo Pojok) dengan menggunakan angkot yang melewati Luweng Ombo. Aranyacala Trisakti sudah 2 kali melakukan kegiatan di wilayah tersebut dan yang baru kami lakukan ini adalah yang ketiga kalinya Aranyacala melakukan kegiatan di wilayah Pacitan, setelah Ekspedisi Luweng Ombo Tahun 1986 dan Kegiatan Operasional Luweng Ombo II Tahun 1993 kini yang ketiga dengan bertema Caving Division Journey Revival Researching Aranyacala Trisakti 2009 dan sekaligus memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64 Tahun Aranyacala Trisakti kembali ke lokasi tersebut di samping melakukan napak tilas yang telah senior-senior kami lakukan pada dahulu kala. selain itu juga untuk mempersiapkan Team Caving yang akan melakukan Operasi di Negara Malaysia dan Ekspedisi ke Negara China.
Perjalanan petualangan kami tidak hanya sampai disitu saja pada tanggal 18 Agustus 2009 kami berangkat menuju Luweng Jaran yang terletak di Dusun Jlubang, Desa Jlubang, Kabupaten Pacitan. Kurang lebih 2,5 jam perjalanan dari Desa Kalak dengan menggunakan mobil carteran, dikarenakan angkot yang menuju Desa tersebut jarang bahkan tidak ada. Tepat pukul 10.00 WIB kami berangkat menuju Luweng Jaran dari Desa Kalak. LUWENG JARAN menurut cerita dari penduduk setempat kenapa disebut Luweng Jaran adalah pada Zaman dahulu kala terdapat Kuda (Jaran dalam bahasa Jawa) terjatuh di salah satu lorong tersebut, yang pada akhirnya sampai sekarang disebut dengan nama Luweng Jaran. Luweng Jaran ini sangat terkenal sekali oleh para Caver-Caver di Indonesia bahkan di Dunia, dikarenakan Lorong-lorongnya yang seperti sarang laba-laba (bercabang banyak) dan memiliki ornamen-ornemen Gua yang masih putih oleh kristal-kristal yang mengandung Kalsit dan sempat menyandang sebagai gua yang terindah di Asia Tenggara, karena banyak sekali mutiara gua (Pearl Cave) bahkan sampai ratusan butir dalam setiap lorongnya, kini sudah tidak dapat ditemukan dan dilihat kembali diakibatkan oleh para penelusur-penelusur gua yang tidak bertanggung jawab dan berbuat vandalisme. Luweng Jaran ini menurut data terakhir yang kami dapat memiliki panjang sejauh 27 Km dan merupakan Gua yang terpanjang di Asia Tenggara untuk saat ini.
Setelah kami merayakan Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 64 Tahun, dengan masih semangat dan rasa nasionalisme yang tinggi kami melanjutkan Penelitian dan penelusuran ke Luweng Jaran. Pada hari pertama tanggal 18 Agustus 2009 kami mulai melakukan penelusuran dimulai pada pukul 16.00 WIB setelah membuat base camp dan makan siang, kali ini hanya dibuat 1 jalur saja di karenakan dengan perhitungan lorong vertikal yang terbilang pendek, lorong vertikal Luweng Jaran yang kami masuki ini memiliki 2 Pitch (teras), Pitch 1 memiliki kedalaman 15 meter dan Pitch 2 memiliki kedalaman 14,5 meter. Kali ini Rofinus sebagai Riggingman (orang yang membuat jalur) dengan menggunakan batu pada backup anchor dan menggunakan pohon pada main anchor dengan penuh rasa percaya diri team turun satu persatu menuruni Luweng Jaran, Rofinus ditemani oleh Firdaus sebagai Asisten Riggingman segera me-rigging pada pitch kedua dengan menggunakan lubang tembus dan batu tanduk yang ada di sekitar lorong tersebut. setelah semua team menuruni Pitch kedua kami semua sudah disambut oleh kemegahan yang diciptakan oleh Tuhan yaitu berupa Chamber (ruang besar di dalam gua) yang besar dan memiliki banyak ornamen-ornamen gua mulai dari stalaktit, stalakmit, pilar, gourdam, gourden, soda straw, breakdown yang beberapa masih putih sekali dan mengkilat dari kandungan kalsit tapi beberapa ornamen sudah tidak putih lagi disebabkan oleh gejala alam dan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. sesuai dengan kesepakatan dari atas mulut gua kami akan memetakan lorong fosil (lorong kering) yaitu lorong yang paling pendek di Luweng Jaran, Luweng Jaran memiliki 3 lorong utama yaitu Lorong Fosil, Lorong Tengah, dan Lorong Air dari ketiga lorong tersebut masih memiliki cabang-cabang lorong yang lainnya. Kami mapping menggunakan metode Top to Bottom (dari mulut gua sampai lorong yang ditentukan untuk mapping) dengan sistem leap forward dengan Grade 3B, setelah selesai Mapping dan eksplorasi kami segera kembali menuju base camp atas tepat pukul 21.30 WIB kami semua sampai di base camp atas dan segera semua team menyantap makanan yang telah disediakan oleh team base camp atas, setelah itu kami evaluasi kegiatan dan membuat rencana untuk kegiatan esok hari.
Pukul 05.00 WIB, 19 Agustus 2009 kami sudah mulai melakukan aktifitas yang telah direncanakan kami semua mulai mempersiapkan sarapan pagi dan dilanjutkan dengan sarapan pagi serta mengeset alat-alat yang akan digunakan untuk penelusuran berikutnya, pada kali ini kami bersepakat untuk melakukan eksplorasi ke lorong air. Tepat pada pukul 08.30 WIB kami mulai melakukan penelusuran menuju lorong air, di lorong tersebut 70 persen adalah digenangi dan dialiri oleh air atau sungai bawah tanah dengan ketinggian rata-rata yang kami telusuri adalah 120-130 cm, tenik mapping yang digunakan pada lorong ini masih sama dengan teknik mapping yang digunakan pada lorong fosil. hanya saja disini membutuhkan skill yang lebih karena jalur yang kita lalui adalah air berbatu serta berlumpur. Sangat penuh tantangan sekali ketika kami memasuki lorong air tersebut karena memiliki resiko yang sangat tinggi sekali kalau-kalau terjadi banjir bandang pada lorong ini yang tiba-tiba bisa menyapu kami setiap saat. Sungguh-sungguh resiko yang harus kami hadapi dan harus kami lewati, penuh dengan kecemasan dan ketegangan selama menelusuri lorong tersebut untuk menghilangkan rasa tersebut kami semua sambil bercanda dan bernyanyi ketika eksplorasi dan mapping dilakukan. penuh dengan keriangan dan bercampur aduk dengan rasa ketakutan yang mendalam pada akhirnya kami dapat menyelesaikan eksplorasi dan mapping lorong air tersebut. sesekali ketika kami mengeksplorasi lorong tersebut kami harus berenang melalui sump yang ada di depan kami. Tepat pada pukul 17.00 kami semua kembali menuju base camp atas dan segera kami semua bersiap untuk santap malam serta evaluasi kegiatan yang kami lakukan dan membuat rencana untuk keesokan harinya.
Menjelang hari-hari terakhir di Luweng Jaran pada tanggal 20 Agustus 2009, kami memulai aktifitas seperti biasanya. kali ini kami berencana mengeksplorasi lorong Tengah, setelah malalui Chamber yang besar kami mulai memasuki lorong Tengah, pada lorong ini sangat unik sekali setiap lorongnya memiliki kolam-kolam yang seakan-akan seperti disekat-sekat oleh dinding-dinding batu ada yang kolamnya dalam dan ada yang dangkal. Teknik Mapping yang digunakan masih dengan teknik yang sama pada lorong-lorong sebelumnya, kegitan eksplorasi kali ini tidak memakan waktu yang lama karena pada pukul 13.00 WIB kami harus sudah kembali ke base camp atas dikarenakan pada pukul 15.00 WIB sesuai dengan rencana semalam operasional akan berakhir dan dijemput oleh mobil carteran, dan kembali ke base camp utama. di dalam perjalanan kami kembali ke base camp utama dipenuhi rasa bangga akan hasil karya Yang Maha Kuasa dengan penelusuran spektakuler yang telah selesai kami jalani serta diliputi rasa rindu yang seakan-akan mengajak kami untuk segera kembali kesana, kami semua bercerita dengan penuh suka dan duka diiringi dengan tertawa menceritakan kejadian operasional yang kami lakukan kemarin.
Rasa nasionalisme kami terhadap bangsa ini tidak dapat diukur dan dibatasi oleh waktu, oleh karena itu masih banyak keinginan kami untuk tetap mengibarkan Sang Merah Putih Indonesia Raya negara tercinta kita ini ke segala penjuru, mulai dari lingkungan sekitar kita dan dari kita sendiri agar negara kita tercinta ini bisa utuh.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar